Rabu, 02 Juni 2010

BUDIDAYA KUDA LAUT

Pengertian

Budidaya laut adalah upaya manusia, menggunakan input tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut dengan cara memanipulasi pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksi. Harapkan tinggi yang yang dibebankan pada budidaya perikanan laut tidak terlepas dari kecenderungan global, yaitu menurunnya populasi di alam sebagai akibat penangkapan yang berlebihan serta meningkatnya permintaan produk-produk perikanan laut, sehingga harganya juga meningkat.

Jenis Organisme

Salah satu jenis ikan hias laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah jenis kuda laut atau sering disebut dengan tangkur kuda (Hippocampus sp.). Komoditas ini dimanfaatkan baik sebagai ikan hias maupun sebagai bahan baku industri obat-obatan tradisional.

Kuda laut dikenal dengan nama Hippocampus, yang berarti kuda yang bergerigi dan sesuai dengan bentuk morfologinya yang unik dan aneh. Tubuh bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung, insang membuka sangat kecil yang dilengkapi sepasang dada (pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) yang sangat kecil, sirip perut dan sirip ekor tidak ada (NELSON 1976, WEBER & BEAUFORT 1922).



Alasan budidaya kuda laut

Kuda laut mempunyai nilai pasaran baik di dalam maupun di luar negeri karena memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hayati laut tersebut, maka sumberdaya kuda laut harus dikelola secara baik dan lestari. Manfaat kuda laut adalah sebagai obat tradisional, ikan akuarium, cinderamata, dan makanan tonic. Obat Tradisional Cina (TCM) merupakan pasar terbesar untuk perdagangan kuda laut (Hansen and Cummins, 2002).

Ruang Lingkup Budidaya Kuda Laut

  1. Oseanografi kimia (pH, salinitas, suhu, mineral anorganik)
  2. Oseanografi biologi (sebaran nutrien)
  3. Oseanografi Fisika (Gelombang, pasut, arus)
  4. management lingkungan
  5. sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

Proses Kegiatan

Pra Budidaya

a. Pemilihan Calon Induk.

Dalam pemilihan calon induk perlu memperhatikan beberapa faktor seperti : jenis, ukuran, umur dan kesehatan. Dalam pemilihan jenis kuda laut yang akan dibudidayakan perlu dipertimbangkan beberapa hal diantaranya fekunditas tinggi, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, ukuran besar, lebih tahan terhadap penyakit. Salah satu jenis yang telah terbukti memenuhi kriteria tersebut adalah H. kuda, H. comes tubuhnya lebih kecil sehingga fekunditasnya lebih rendah, memerlukan adaptasi dengan lingkungan baru lebih lama.

Calon induk yang dipilih, sebaiknya memiliki ukuran ynag sama antara jantan dan betina. Apabila ukuran jantan lebih kecil maka telur dari induk betina tidak dapat diserap seluruhnya ke dalam kantung pengeraman induk jantan akibatnya sebagian telur akan tercecer di dalam air media pemeliharaan. Ukuran calon induk yang baik untuk persiapan pemijahan adalah berat lebih dari 7 gram, dengan kisaran panjang antara 11 – 15 cm, untuk calon induk hasil budidaya sebaiknya yang berumur lebih dari 8 bulan. Bila calon induk tidak memenuhi persyaratan berakibat jumlah telur sedikit, ukuran juwana lebih kecil dan lemah.

b. Pembenihan

Mata rantai pertama adalah pemeliharaan calon induk guna mendapatkan induk matang gonad. Selanjutnya merupakan kegiatan pemijahan, pemeliharaan juwana dan penggelondongan atau pendederan serta pengadaan pakan alami. Mata rantai seluruh kegiatan harus diketahui dalam membuat perencaan, karena erat hubunganya dengan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.

Untuk pemeliharaan juwana kuda laut segala bentuk bak dapat dipergunakan, meskipun demikian ada syarat yang seharusnya dipenuhi yaitu bak tidak boleh mempunyai sudut mati karena akan menyebabkan sisa metabolisme dan kotoran mudah terkumpul pada suduk bak.

Wadah yang digunakan dalam pemneliharaan juwan kuda laut bervariasi mulai dari bak akuarium, fiberglass dan bak beton. Ukurannyapun bervariasi bergatung kepada jumlah dan mur juwana kuda laut yang dipelihara. Padat penebaran yang digunakan untuk juwana kuda laut mulai hari 1 sampai hari ke 30 adalah 1000 – 1500/ton. Setelah berumur lebih dari 30 hari kepadatannya dikurangi sampai 200 – 300 ekor/ton. Juwana kuda laut dapat diberi pakan alami berupa copepoda dan naupli artemia. Pemeliharan juwana dapat dilakukan selama 1.5– 2 bulan sampai mencapai ukuran 3 – 5 cm/ekor.



c. Aklimatisasi

Calon induk hasil tangkapan dari alam harus dikarantina dan diaklimatisasi terlebih dahulu. Karantina bertujuan untuk membebaskan organisme pathogen yang mungkin terbawa dari alam agar tidak menyebar ke induk yang sudah ada di pembenihan. Disamping itu kegiatan aklimatisasi juga untuk menyesuaikan calon induk dengan lingkungan yang baru serta pakan yang biasa digunakan di pembenihan.

Budidaya

a. Penebaran

Setelah melewati masa karantina dan aklimatisasi induk ditebar di bak pemeliharaan/pemijahan yang telah dilengkapi dengan tempat bertengger. Kuda laut adakalanya berenang bolak balik melintasi atau mengelilingi bak, oleh karena itu harus diciptakan kondisi yang lapang. Di alam kuda laut tidak hidup berkelompok, oleh karena itu agar tercipta kondisi alami di bak pemeliharaan induk, maka padat tebar tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara 30–40 ekor/m3. Vincent (1995) menyarankan, kepadatan induk tidak lebih dari 4 ekor/100 liter media air.

Adapun perbandingan induk jantan dan betina yang dipelihara yaitu 3 : 2. Pemijahan kuda laut berlangsung secara monogami yaitu seekor kuda laut jantan hanya dapat menerima telur dari satu ekor betina dan tidak menerima telur dari betina yang lain sampai anak-anaknya keluar dari kantung pengeramannya. Kuda laut betina dapat memijah kembali dalam waktu 4 – 8 hari.

b. Penggelondongan

Penggelondongan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengintensifkan pemeliharaan terhadap benih-benih kuda laut sampai ke tahap pembesaran dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan kualitas yang baik. Penggelondongan kuda laut dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pemeliharaan di bak, di keramba jaring apung atau dikurungan tancap. Benih yang digunakan untuk penggelondongan dapat berasal dari hasil tangkapan di alam ataupun berasal dari hasil pembenihan dengan ukuran 3 – 3,5 cm/ekor.

Hal yang perlu diperhatikan saat penebaran adalah apabila terdapat perbedaan yang menyolok antara media pemeliharaan dengan dan media asal benih (khususnya salinitas dan suhu). Keadaan ini biasanya terjadi bila lokasi penggelondongan terpisah dengan sumber benih, sehingga perlu diadaptasikan terlebih dahulu sebelum ditebar. Padat tebar untuk penggelondongan selama 2 bulan pemeliharaan adalah berkisar antara 300 – 400 ekor/ton.

c. Pembesaran

Kegiatan selama pembesaran kuda laut tidak jauh berbeda dengan penggelodongan. Pembesaran ini bertujuan untuk menghasilkan kuda laut yang berukuran lebih besar (diatas 10 cm) atau untuk memproduksi induk kuda laut. Kuda laut yang akan dibesarkan dapat diperoleh dari alam maupun dari hasil penggelondongan. Kuda laut sebaiknya dipilih yang sehat dan lengkap organ tubuhnya, jika kuda laut yang akan dibesarkan warnanya berbeda maka kuda laut yang sama warnanya seperti hitam disatukan dengan yang hitam, sebab jika ada kuda laut yang berwarna kuning dan disatukan dengan yang hitam akan berubah menjadi hitam.

Padat penebaran untuk kegiatan pemebesaran adalah 50 – 100 ekor/ton. Selama kegiatan pemeliharaan pembesaran kuda laut, tidak lagi diberikan berupa artemia dewasa karena tidak diperlukan lagi, cukup diberikan rebon segar atau jembret. Pemberian pakan berupa rebon segar diberikan sebanyak 5 – 10% dari bobot tubuh perhari dengan frekuensi pemberian 2 – 3 kali. Jika pakan rebon segar kurang tersedia maka pakan alternatif lain yang bisa diberikan adalah jentik-jentik nyamuk. Setelah tiga bulan pemeliharaan kuda laut dapat mencapai ukuran panjang di atas 10 cm selanjutnya kuda laut dapat dipanen dan dipasarkan. Untuk tahap pembesaran ini dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan.

Kuda laut masih bergantung pada pakan hidup baik hidup maupun mati. Jumlah dan kualitas pakan yang dikonsumsi induk sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad maupun kualitas juwana yang dihasilkan. Biasanya dalam sehari kuda laut menghabiskan pakan sekitar 2 – 5 % dari total berat tubuh. Memberi pakan sedikit tetapi sering lebih baik dari pada memberi pakan banyak sekaligus. Pakan diberikan pada pagi, siang hari serta 1 – 2 jam sebelum gelap.

2. Pengelolaan Air

Agar kualitas air media tetap baik maka perlu dilakukan penyiponan dan pergantian air sekitar 200 % per hari dengan sistem air mengalir. Kuda laut membutuhkan air yang tenang sehingga dapat bertengger, bergerak untuk menangkap makanan maupun untuk melakukan pemijahan, oleh karena itu aliran air dibuat pelan agar tidak mengganggu aktivitas. Pergantian air secara total dilakukan jika media pemeliharaan terlihat sudah tidak layak atau terlihat kotor.

Pasca Budidaya

Setelah tiga bulan pemeliharaan kuda laut dapat mencapai ukuran panjang di atas 10 cm selanjutnya kuda laut dapat dipanen dan dipasarkan. Kuda laut ini mempunyai nilai jual tersendiri sebagai ikan hias, serta mempunyai nilai tambah yang besar, baik sebagai barang antik, perhiasan, souvenir dan juga untuk bahan obat-obatan dalam bentuk tepung.

Kuda laut atu tangkur kuda merupakan jenis ikan komersil untuk pengobatan, yang di Cina disebut sebagai “Gingseng” dari Selatan. Kuda laut ini digunakan sebagai tonik untuk memulihkan tubuh dari keletihan dan kelemahan fungsi ginjal dan sangat baik untuk memperbaiki kerusakan sistim syaraf.

Di negara cina, dibutuhkan kira-kira 500 kg kuda laut kering sebagai bahan baku untuk pabrik obat obatan. Di Filipina (Marungas, Jolo dan Sulu) telah ada budidaya kuda laut secara besar-besaran, dengan rantai pemasarannya ke Borneo, Singapura dan Hongkong yang dijual dalam bentuk kering. Di pasaran Tanjungpinang harga kuda laut kering berkisar antara Rp. 180.000,-sampai dengan Rp. 200.000,- per kg kering(komunikasi pribadi). Nilai kuda laut kering sangat ditentukan oleh keutuhan kedua belah matanya. Konsumen terbesar untuk kuda laut kering adalah dari etnis Cina, baik yang berasal dari singapura maupun lokal.